Minggu, 01 Juni 2008

Katakanlah Kejujuran Walau Pedih !

Manusia tak ada yang sempurna, tak ada yang luput dari kesalahan. Karena ketidaksempurnaan tersebut menjadi salah satu syarat bahwa ia adalah manusia, makhluk yang memiliki kehendak dan kemauan, pilihan dan imajinasi, kalau tidak demikian berarti makhluk tersebut adalah malaikat yang selalu taat pada perintahNya.

Namun, karena keterbatasannya tersebut, kadang manusia khilaf mengakui dirinya yang lemah, mereka menutupi dengan bualan-bualan dan polesan kata-kata yang menjadikan dirinya terlihat sempurna di mata manusia. Akhirnya mereka pun sibuk menutupi dirinya tanpa sadar orang sekitarnya sudah tahu keburukannya dan tahu bahwa orang sekitar tersebut telah dibohongi. Menutupi kebohongan dengan kebohongan baru, semakin tinggi gunung kebohongan yang mereka perbuat semakin tinggi pula akibat yang akan ditanggung.

Namun tak mudah pula berkata dan berbuat jujur, kita harus siap dengan reaksi orang atas kejujuran tersebut. Ada beberapa reaksi yang dapat timbul : (a) ada yang menerima dan memaafkan segera, menganggap itu adalah sebuah kekhilafan dan segera melupakannya (b) ada yang membutuhkan waktu untuk menerima dan memaafkan perbuatan kita, membutuhkan kesungguhan dan keseriusan kita bahwa kita akan berubah (c) ada pula yang menolaknya mentah-mentah, mereka tidak ingin dan tidak mau melihat kita berbuat salah, sekali saja kita berbuat kesalahan, maka akan terus dikenang dan bahkan selalu diungkit dan dibesarkan, sehingga dapat membuat kita rendah diri dan merasa tak berarti berhadapan dengannya. Karakter manusia memang beragam, namun ada satu sisi yang sama pada semua manusia siapapun dan dari ras manapun mereka yaitu keyakinan bahwa mereka adalah manusia bukan malaikat.

Reaksi kedua yang ditimbulkan dari bersikap jujur menunjukkan bahwa mereka saying sama kita dan sangat menyayangkan kekhilafan yang telah kita lakukan, mereka menganggap dan yakin apa yang kita lakukan selalu logik dan dilandasi dengan niat yang baik. Namun dalam menjaga kelogisan dan niatan yang baik, sering kita dipengaruhi oleh hal-hal yang diluar kehendak dan kemauan kita, diganggu dan diganggu oleh pihak-pihak yang tidak ingin kita berbuat baik yang mencari teman untuk kehidupannya. Dan ketika kita lemah, kita akan mudah tergoda dan terbuai oleh bujuk rayunya dan akhirnya kita pun terjatuh dan tenggelam bersamanya. Ketika kita terjatuh, ada tiga langkah yang mesti dilakukan bila menghadapi orang yang memberikan reaksi kedua ini. Pertama, meminta maaf dan berjanji tidak mengulangi lagi pada Zat yang Maha Kuasa, Kedua meminta maaf pada orang sekitar kita dan meyakinkan mereka bahwa kita bersunggu-sungguh dan yang ketiga memperbaiki diri untuk kehidupan yang lebih baik.

Namun, bagi orang yang memberikan reaksi yang ketiga, mereka akan sulit bahkan tidak mau menerima kekurangan dan kekhilafan kita, mereka akan memberi cap jelek setiap tindakan kita meskipun menghasilkan emas dan berlian. Sekali berbuat salah, akan selalu dikenang sebagai kejadian luar biasa dan tidak akan diberikan kepercayaan lagi olehnya. Apapun reaksinya, tetap lakukan yang terbaik pada setiap kesempatan semampu kita dan berusaha memperbaiki kesalahan kita.

Dengan jujur pula, dapat menjadi media seleksi. Kita dapat mengetahui orang yang betul-betul perhatian dan peduli dengan kita dan orang yang hanya berpura-pura peduli, bahkan seolah-olah peduli. Orang yang betul-betul kita, menerima kesalahan sebagai sebuah kekhilafan dan ketidakkuasaan. Kemudian memberikan perhatian dan dorongan agar kita tidak mengulangi dan segera memperbaiki segala kesalahan. Menjadi propeller/mesin pendorong dalam kehidupan kita dan menjadi rambu-rambu peringatan atas tindakan dan sikap dalam menghadapi kehidupan kita. Sekalipun kita akan ditinggalkan oleh orang-orang yang paling dekat dengan kita, maka sesungguhnya kita tidak sendiri akan selalu ada kebaikan yang menemani. Sekalipun kejujuran itu pedih dan menyakitkan bahkan berefek negatif bagi kehidupan kita, katakanlah !. Karena jujur itu memuliakan kita.

Malang, 2 Juni 2008 ; 00:48