Kamis, 05 Maret 2009

Fenomena Mistik di Kab Jombang dan Sakitnya Keyakinan Masyarakat

Heboh Kabupaten Jombang Jawa Timur belum usai setelah Rian Jagal yang membunuh 11 orang yang ditanam di sekitar rumahnya. Kini seorang anak SD bernama Ponari yang tersambar petir ketika bermain sepakbola di lapangan tiba-tiba memiliki batu yang dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Bahkan air mandi anak tersebut diambil kemudian dijadikan obat.

Kemudian muncul pula anak perempuan bernama Dewi yang berumuran sama dengan Ponari. Dia memiliki sebuah batu yang dipercaya memiliki keampuhan yang sama dengan yang dimiliki Ponari. Tapi belakangan di duga palsu dan hanya akal-akalan orang tua anak tersebut saja.

Berikutnya muncul seorang ibu yang mengaku mendapatkan batu yang dapat berteriak minta tolong sewaktu mengantarkan anaknya ke sekolah. Dan kini praktiknya masih berlangsung. Entah dukun apa lagi yang muncul di kabupaten ini.

Banyaknya pengobatan alternatif yang irrasional membingungkan masyarakat dalam upaya menyembuhkan penyakit yang di deritanya. Masyarakat rela mengantri berjam-jam, berdesakan kemudian tak terkontrol sehingga mengakibatkan kematian. Pasien Ponari sudah ada yang kembali berobat ke rumah sakit bahkan sakitnya bertambah parah akibat minum air celupan batu ponari. Namun kejadian ini tak pula menurunkan antusias masyarakat untuk mendatangi Ponari di sekolahnya. Sebelumnya sewaktu aktif mengobati pasien di rumahnya, Ponari tidak sekolah hampir sebulan. Kemudian saat sekolah, ponari didatangi kembali oleh pasien yang masih percaya keampuhan batunya. Apakah kondisi ini tidak mengganggu aktivitas anak tersebut ?

Saat praktik pengobatan Ponari yang pasiennya mencapai ribuan orang perhari, mengusik para ulama (MUI) setempat. Sehingga sembari berobat, pasien di beri ceramah agar memohon pertolongan dan kesembuhan hanya pada Allah semata bukan pada batu. Karena hanya Allah yang memiliki kekuatan, sedangkan makhluknya adalah zat yang lemah. Namun imbauan ini tidak di tanggapi oleh para pasien.

Dalam suatu perbincangan di televisi (kalau tidak salah TV One), masih ada saja pihak yang menyalahkan para ulama yang tidak becus menyelenggarakan pendidikan keagamaan khususnya di kota Jombang. Sungguh ironi, bukannya mencari solusi malah mengkambinghitamkan para ulama. Sejatinya semua pihak bertanggungjawab atas kondisi ini, masyarakat, pemerintah dan para ulama. Semua saling bantu bahu membahu menyelenggarakan pendidikan formal dan informal bidang umum maupun agama. Agama tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi kondisi masyarakat yang memiliki leluhur yang berkeyakinan pada benda-benda gaib dan mudah percaya pada benda-benda yang dikeramatkan.

Malang, 25 Februari 2009

Pukul 06:00 pagi

Belum lagi dukun cilik baru di Makassar....betul-betul “sakit keyakinan”

CATATAN LAMBELU : MEROKOK, TAK PEDULI DENGAN YANG LAIN

Berulang-ulang petugas kebersihan dan petugas informasi memberitahukan agar penumpang KM Lambelu tidak merekok di dalam kapal karena dapat menimbulkan kebakaran dan mengganggu penumpang yang lain. Belum lagi imbauan yang terdapat di dinding setiap dek, tertulis jelas “Dilarang merokok di dalam kapal”. Tapi hasilnya, seolah para perokok tersebut buta dan tuli...

Sungguh ironi memang bangsa kita ini, sudah banyak orang yang terpelajar, kaum buta aksara yang beraktivitas di keramaian paling besar 20 %. Selebihnya, paling tidak tahu membaca dan menulis. Tapi imbauan berulang-ulang dan tulisan dilarang merokok yang besar tidak juga menggugah kesadaran orang tersebut untuk menghargai orang lain.

Setiap orang punya hak, tapi bukan berarti harus memaksakan dengan orang lain, karena akan saling berbenturan. Siapapun berhak merokok, tapi jangan ditempat umum dan tempat yang tertutup (sirkulasi tidak lancar), karena tentunya mengganggu hak orang yang menginginkan udara bersih. Ada seorang kawan perokok kenalan dikapal, sambil diskusi lepas ia berkata “ bagaimana fatwa haram merokok dari ulama ? dan kenapa baru saat sekarang ini baru dikeluarkan, kenapa tidak dari dulu”. Karena ku merasa tertantang dan pernah membaca korang maka Jawabku “Yang pernah saya baca, ulama mengharamkan merokok dengan catatan, tidak boleh ditempat umum, kendaraan umum apalagi tempat tertutup”, kawanku yang lain menambahkan juga haram bagi wanita dan anak-anak. Dan dia pun merasa kurang puas, kenapa tida dipikirkan nasib para petani tembakau. Saya pun berkata “kalau kita yang bukan petani boleh saja berkata, kenapa tidak cari pekerjaan yang lain saja selain petani tembakau, tapi pasti ada solusinya”. Kutambahkan “untuk melarang suatu kebudayaan yang sudah mengakar (merokok) tidak bisa dengan fatwa atau aturan saja dan patutnya kita bersyukur fatwa dan peraturan itu sudah ada. Dengan penelitian dan fakta yang ada, diharapkan orang sadar dengan sendirinyanya, karena membangun kesadaran itu sangat sudah dibanding hanya melarang saja”.

Tak lama diskusi tersebut, disekitarku sudah ada yang ditegur dan diancam diambil rokonya bila masih merokok di dalam dek. Setelah petugas berlalu, mereka pun melakukan hal yang sama. Pertanyaanya, apakah mereka buta atau tuli ? tidak, mereka tidak sadar dan toleran terhadap orang lain. Jadi, jangan marah bila hak orang tersebut tenganggu pula. Impas kan ? J

Malang, 24 Februari 2009

Pukul 06:00

Sehari setelah tiba di Tanjug perak, pegal segali...