Minggu, 04 Mei 2008

Menyontek = Kejahatan Pendidikan

Secara sadar atau tidak salah satu dari pembaca telah melakukan perbuatan ini, termasuk penulis sendiri yang melakukannya sejak SD hingga semester 2 perguruan tinggi. Mulai dari menyontek sesama teman dan memusuhinya bila tidak diberikan contekan, buat catatan kecil atau fotocopy bahan menjadi ukuran supermini sampai kelihaian kaki yang membuka catatan yang berada di lantai. Bukan berarti semakin lama semakin lihai tetapi tergantung kondisi “keamanan” waktu itu.

Maaf bukan bermaksud lari dari kenyataan dan kebobrokan yang telah penulis perbuat tapi penulis memiliki keterbatasan dalam mengingat dan seakan-akan pelajaran yang disampaikan susah untuk ditelaah atau mungkin pengajarnya yang kurang menarik dalam menyampaikan materi. Apapun alasannya penulis sadar telah melakukan kejahatan pendidikan. Itulah masa lalu yang harus diperbaiki. Penulis sadar tindakan tersebut hanya kebohongan semata, membohongi diri dan mengambil nilai terbaik yang bukan hak penulis. Melaksanakan jalan singkat untuk kegembiraan sesaat, karena nilai yang diperoleh bukan untuk dibanggakan dan ada perasaan malu dan bersalah pada diri, pada guru/dosen, pada teman-teman yang telah meluangkan waktunya selama semalam atau beberapa pekan sebelumnya untuk ujian dan tentunya pencipta otak yang Subhanallah hebatnya Allah swt. Walhasil ilmu yang diperoleh tidak menghasilkan manfaat apa-apa karena diperoleh dengan jalan yang salah.

Sungguh berat meninggalkan kebiasaan yang mudah dan beresiko tinggi, namun tahukah Anda, bila saja nilai itu adalah sebuah makanan tentunya rasanya sangat enak dan bergizi serta memberikan energi yang positif bagi kita. Bagus atau buruknya adalah bukan susbtansi yang mendasar tetapi bila diperoleh dengan cara yang benar tentu lebih nikmat dan sebuah kebanggaan permanen bagi diri sendiri, bukan untuk dipamerkan pada khalayak ramai, tapi sebuah kebanggaan. Walaupun ada teman kita yang memperoleh nilai yang sama tetapi bukan dengan cara yang halal dan ia bangga dengan itu, bagi penulis adalah sesuatu yang buruk. Kalau sudah menjadi kebiasaan memang sulit untuk ditinggalkan apalagi menyangkut nama baik dan tampang, tapi bukan berarti tak ada jalan keluar sepanjang kita berusaha Insya Allah selalu ada jalan dan Dia akan menuntun orang yang mau merubah gaya hidupnya. Walau jalan yang dihadapi penuh duri dan berliku.

Ada kemungkinan orang-orang disekitar kita yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme baik kelas teri maupun kakap (bukan tidak mau peningkatan kelas dari teri ke kakap tapi hanya menunggu waktu saja), berawal dari kebiasaannya menyontek dibangku sekolah. Selama waktu berlalu mental korupsinya pun terbentuk, KKN atas usaha dan waktu yang diperlukan untuk sebuah nilai yang bukan haknya. Mereka tumbuh bersama mental tersebut sehingga begitu ada peluang langsung diaplikasikan. Maka jangan heran bila KKN sulit diberantas walau dibuat organisasi semacam KPK ratusan. Karena memang akarnya berawal dari sistem pendidikan yang kurang baik dan lemahnya sistem pengawasan diri dan lingkungan.

Bila saja orang sadar bahwa yang dia butuhkan bukan nilai tetapi ilmu dan pengetahuannya. Apalah arti nilai tinggi bila ilmu dan pengetahuan tidak dimilikinya, inilah yang dikembangkan bukan nilai kan ???. hal yang perlukan ketika kita akan bekerja bukalah nilai tetapi kemampuan ilmu dan pengetahuan serta skill kita. Oleh karena itu perbaikan sistem pendidikan Indonesia sekali lagi harus mendapat perhatian yang besar. Insya Allah, bila pendidikan terlaksana dengan baik, masalah-masalah yang lain akan terselesaikan. Masalah kemiskinan akan selesai bila orang mememiliki SDM untuk bersaing baik di negeri sendiri maupun di negeri orang lain. Masalah kelangkaan bahan bakar akan selesai bila banyak tercipta energi-energi terbaru dan masalah-masalah lainnya.

Dan artikel ini akan ditutup dengan sebuah Hadist Rasulullah Saw : “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”. Tentunya yang dimaksud hadist ini adalah menuntut ilmu dan pengetahuan yang baik, dengan cara yang baik dan untuk diaplikasikan melalui cara yang bijak dan bertanggungjawab.

Malang, 3 Mei 2008, Pukul 17:27

Tidak ada komentar: